Sunday, June 2, 2019

Ibu Ani yang Dihormati dan Petugas KPPS yang Dilupakan

Well, mulai 3 Juni 2019 aku mau menuliskan banyak hal di sini. Tanpa banyak kaidah.
Jadi aku mulai berpikir. Blogku seharusnya wadahku mengekspresikan diri.

Berbagai gaya menulis mungkin akan sering tercampur ke depannya. But, if you think this new thing as a distraction and freak, just tell me. Kenyamanan pembaca tetap yang utama. Baiklah, satu hal yang ingin aku sharing kan kali ini. Entah akan banyak pembaca atau engga,  aku akan tetap menulis.

Mantan Penghujat Keluarga Cikeas 

Setelah Former First Lady-nya Indonesia, Bu Ani Yudhoyono meninggal dunia aku jadi merasa berdosa. Yap. entah aku termasuk korban berita atau bagaimana, tapi ketika Bapak Susilo Bambang Yudhoyono meninggal, aku merasa banyak sekali dosanya kepada rakyat.

Masih ingat buku berjudul Seri "Gurita Cikeas?" Ini sampulnya.

Sumber Gambar: Bukalapak.com

Oh, aku masih ingat betul waktu itu kelas 2 atau 3 SMP. Aku mendapatkan tugas membuat portofolio tentang apapun. Kamu tahu apa yang kukumpulkan untuk ku beri komentar? Daftar masalah di Indonesia yang belum selesai semasa pak SBY menjabat.

Sepertinya pikiranku teracuni. Siapa sih pejabat yang tidak ingin menyelesaikan semua masalah di Negara yang sedang dipimpinnya?

Bukankah dulu aku menjadi kritikus yang tidak handal? Menggunakan ilmu "Pokoke Gathuk" untuk membuat teori konspirasi. Ketepatan salah satu jembatan yang baru jadi di Kalimantan ambrol. Bersamaan dengan itu beberapa bencana alam melanda Indonesia, dan aku juga merasa petir yang saat itu datang saat jembatannya ambrol adalah bukti semesta marah pada pemimpin negeri.

Apakah kamu membacanya sambil  ketawa?

Atau kamu juga merasa pernah menjadi kritikus serupa? Mengkritik yang tidak membangun. Lebih pantas disebut penghujat, yap. Sebangsa hater begitu.

Buku tersebut mungkin juga menjadi salah satu buku yang kontroversial semasa SBY menjabat. Bukankah di ingatanmu juga masih hangat bagaimana kemudian Bapak SBY menerima berbagai hujatan. Kerbau yang badan buluknya ditulis SBY, demonstrasi sampai bakar-bakar ban, membawa keranda mayat dan sederet hinaan dilontarkan pada mantan Presiden kita.

Sungguh berbeda antara orang berilmu dan tidak berilmu dan puncak dari ilmu adalah akhlaq. Sehingga di sini aku yakin orang yang berakhlaq sudah pasti berilmu.

Karena buah dari ilmu sendiri adalah akhlaq. Termasuk semakin mudah lisan kita menginjak-injak hasil kerja keras orang lain tanpa mengikuti prosesnya sebenernya adalah cerminan dari dangkalnya keilmuan kita.

Menghina Pemimpin

Ada, loh hadits Rasulullah SAW yang berderajat Hasan berbunyi:
مَنْ أَهَانَ السُّلْطَانَ أَهَانَهُ اللهُ. رواه الترمذي وقال: حديث حسن
“ Barangsiapa yang menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya.” (HR al-Tirmidzi [2224]).

Setelah membaca habis artikel ini kamu bisa lari ke artikel Kenapa Islam Melarang Menghina Pemimpin? supaya tahu, paham dan bisa menerima argumentasi ini. 
Sumber: Viva.co.id

Aku di sini hanya menyederhanakannya saja, ya. Sebuah kaum dzalim akan diberikan Allah SWT pemimpin yang dzalim pula. Demikianlah untuk pemimpin yang berwibawa, cerdas, tegas, bijaksana seperti Al Fatih hanya akan dikaruniakan kepada golongan yang hatinya tak pernah lepas dari Allah. 

Uh, jadi melting ga sih? Bukan kareka kisah Bu Ani Yudhoyono meninggal setelah 4 bulan di rumah sakit. Melting karena pasukannya Al Fatih dahulu tidak pernah lepas sholat malam meskipun dalam kondisi persiapan tempur. 

Tiba-tiba aku jadi ingat, ketika rakyat yang memilih belum teredukasi dengan cukup, maka tentu saja akan mudah terkelabuhi oleh calon pemimpin yang menyuapnya, yang menyapanya secara dekat, memegang tangan dan mendengarkan keluhannya sebelum pentas Pemilu. 

Tapi setelah pemilu? Yah, gigit jari. Hampir samalah dengan mencari pasangan hidup. Allah hanya akan memberikan yang menjadi cerminan diri kita saja. 

Pemberitaan Tidak Adil
Apakah kamu salah satu orang yang tidak membuat status di sosial media tentang Ibu Ani Yudhoyono meninggal ? Kenapa? Karena kamu geram 600-an petugas KPPS meninggal tidak heboh, satu orang anggota mantan pejabat negara meninggal seluruh stasiun televisi, kantor berita sampai para tukang cilok juga ikut mewek. 

Ani Yudhoyono menangis melihat rakyatnya, rakyat baru menangisi ketika sadar jasanya pada bangsa dan kamu masih belum sadar kenapa bisa seperti itu. 

Bukan karena mereka orang kaya lalu seluruh siaran membela. Oke, aku mulai beropini singkat nih. Di dalam penyelenggaraan ada yang namanya etika protokoler. Mulai dari tempat duduk pejabat negara sampai prosesi pemakaman semua sudah ada aturannya. 

Protokoler tidak hanya berlaku untuk presiden, setiap Walikota dan Gubernur tentu saja juga memilikinya. Sebuah negara atau institusi negara harus berwibawa dan Presiden adalah simbol negara. Lalu kalau sudah menjadi mantan, apakah masih berhak menerima itu semua? 

Ketika berdinas tentu sudah tidak ada etika protokoler yang ribet seperti masa aktif dinas, tapi ada momen tertentu yang tetap sudah diatur protokolernya. Terlebih keluarga Cikeas datang dari kalangan pejabat tinggi militer. 

Kedua adalah tentang jasa yang sudah mereka perbuat. Jika kamu iri melihat penghormatan rakyat bahkan kisah cinta Ani Yudhoyono dan SBY sampai dibuat meme dibandingkan dengan film 'Up', maka jadilah orang yang mendedikasikan hidupnya pada negara. Udah, gitu aja kok repot. Hehe mengutip kata Gus Dur. 

Orang-orang pahlawan demokrasi KPPS yang meninggal baru sekali mendedikasikan hidupnya yang langsung bersentuhan dengan penyelenggaraan negara secara resmi. Sementara orang-orang yang kita iri upacara pemakamannya adalah orang yang bergulat bertahun-tahun dengan konflik demi kepentingan negara. 

Berbagai penghargaan dari institusi kredibel untuk bu Ani kiranya bukan lagi sesuatu yang bisa menyangkal keikhlasan beliau ini dalam bekerja untuk negara. 

Yah, sejatinya aku cuma mau ngomong itu sih. Tapi sepertinya masih harus dilanjut lagi dengan seri tulisan lain. Menurutmu kenapa Bu Ani tidak berjilbab tapi meninggal bulan Ramadhan? Doakan aku segera dapat bahan untuk membahasnya ya. 

Read More

Tuesday, February 27, 2018

Jangan Buru-buru Menganggapku Orang Baik


“Don’t Judge people by the cover”
Ungkapan di atas seharusnya tidak hanya diterapkan bagi mereka yang covernya berantakan, tidak tertata, kucel bahkan tanpa bentuk. Demi sebuah satu kata, keadilan. Harusnya tidak menilai orang dari sampulnya saja juga diterapkan ketika kita melihat seseorang yang terlihat berperilaku anggun dengan pakaian serba tertutup membalut seluruh badan.
Nilai-nilai kesopanan, kedalaman ilmu pengetahuan dan cap sebagai orang berkualitas banyak menjadi anggapan saat yang kita temui memang orang berpembawaan bagus dibarengi omongan berbobot. Dalam artikel kali ini aku hanya ingin menegaskan tidak semua orang baik itu benar. Kamu harus percaya benar itu mutlak, sedangkan baik relatif.
Artikel ini ditulis setelah 3 hari terakhir aku sendiri merasa ada keganjalan ketika orang-orang yang mengaku mengajak orang pada kebaikan atau dalam Islam menyeru kepada Allah alias berdakwah menjatuhkan penilaian bahkan sebelum kita sempat bercerita mengapa dan bagaimana kita bisa melakukan suatu hal buruk.
Sebelumnya, aku kutip dulu ayat Qur’an yang membuat kita semua sadar bahwa dakwah adalah sebuah tugas wajib seorang mukmin, bukan segelintir orang yang dianggap berilmu saja.  Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Ali ‘Imrân/3:104]”
Foto 1. Muslimah dalam Majelis Ilmu
Penyebabnya sederhana. Karena ingin beruntung makanya setiap orang berhak mengejar tiket ke surga masing-masing. Mau cuma hafal al fatihah doang terus diajarin ke anak-anak kecil di sekitar rumahnya atau sudah jadi hafidz qur’an dan mengajar di sebuah pesantren semua sama. Kan dalilnya sampaikanlah walau satu ayat saja to. 
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allâh, dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri).’ [Fushshilat/41:33]

Masalahnya sekarang, aku merasa para pendakwah muda yang tengah digodok di dalam candradimuka kampus lupa bahwa seharusnya dakwah atau mengajak pada kebaikan ini orientasinya Allah SWT, bukan organisasinya apalagi dirinya sendiri.
Aku sendiri merasakan sebalnya ketika setiap kali diajak kebaikan pada ujungnya adalah promosi organisasi tertentu. Sebenarnya tidak ada yang salah, namun kemudian ijinkan aku mengutarakan isi hati. Bolehkah aku yang newbie dalam dunia dakwah ini menanyakan apakah benar seruan dakwah ini sudah menyeru Allah sebagaimana dua Firman-Nya tadi atau belum? Apalagi marah kalau yang diajak belum mau.
Sharing pengalaman pribadi saja. Aku sadar telah membuat banyak orang patah hati karena sering mengikuti kajian golongan tertentu bahkan hidup di tengah-tengah mereka tapi pada akhirnya memilih mengikuti organisasi rival mereka. Kecewa? Orang-orang itu mengakui kecewa berat, tapi aku tidak peduli. Life isn’t your slave, so just stay calm when life being horrific.
Ada alasan yang perlu kamu tahu mengapa aku tidak merasa bersalah mengumumkan pilihan ini kepada mereka. Ibarat kata, kamu ramah dan sudah sangat dekat dengan seorang teman lawan jenis tapi niat sebenarnya memang nyaman berkawan, berdiskusi, jalan bareng, sementara dianya merasa kamu serius. Suatu hari kamu mengumumkan ke semua orang kalau kamu akan menikah dan itu tidak dengan teman dekatmu tadi. Bayangkan saja bagaimana rasa kagetnya.
“Masak kamu nggak tertarik sih ditawarin surga?”
Hey guys, netizen yang setia menyimak ceritaku. Menurutmu untuk apa manusia tetap mengaku beragama meskipun sadar tidak menjalankan perintah agama sepenuhnya? Bukankah ampunan Tuhan dan akhirnya masuk surga? Apa yang salah dengan mengharapkan surga? Kalau kamu tidak setuju jawabanku yasudah, J Tapi inget ini dulu.
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya (yaitu surga) dan takut akan azab-Nya (yaitu neraka); Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS Al-Israa’ : 57)
Problem lagi, sebagai target dakwah sekarang aku ingin mengatakan sesuatu.
Teruntuk para pendakwah muda yang mengaku perindu surga:
Apabila seorang perempuan dengan aurat terbuka diam di dekat majelismu, hampirilah. Bisa jadi dia sebenarnya sangat ingin bertaubat tapi belum tahu darimana memulainya. Setiap manusia memiliki masa kelam sekaligus fase menyesal secara alami. Jangan dikira para penjahat di luar sana bengisnya sepanjang waktu. Mereka pasti punya waktu tertentu merasa tidak puas dengan hidupnya selama ini, tapi tetap menjaga image karena terlanjur dicap sebagai raja ini itu, terkenal sebagai anak begini begitu.
Apakah kamu beriman kepada 25 Nabi dan Rasul? Kalau iya lalu mengapa tiba-tiba lupa pada kisah Nabi Musa as yang ditegur langsung oleh Malaikat Jibril as setelah menolak, marah dan mengusir seorang mantan pezina yang datang kepada beliau.
Ketepatan aku ini seorang perempuan. Oke, perempuan memang ditakdirkan lahir dengan 9 perasaan dan 1 akal, jadi aku coba ada di posisi pezina ini. Aku datang ke seseorang yang dianggap manusia paling dekat pada Ilahi pada zamannya demi sebuah ampunan. Maunya sih Nabi Musa yang memberi rekomendasi artinya memintakan langsung pada Allah supaya berkenan mengampuni. Dateng baik-baik dengan isakan tangis karena takut dosanya tidak diampuni.
Nabi Musa bilang Allah itu Maha Pengampun, tapi sewaktu diceritakan dosanya berzina sekaligus membunuh anak hasil hubungan gelap malah dimarahi dan diusir. Bisa bayangkan betapa sulitnya di posisi si pezina? Setelah menyesali perbuatannya, ingin taubat nasuha tapi dianggap sangat hina. That’s really terrible convicted and only make her drowning deep. Padahal tadi bilangnya gapapa cerita aja, Allah Maha Pengampun kok segede apapun dosamu. Plis itu nyakitin banget guys bagi seorang perempuan. Udah sakit waktu ditinggalin pacar bejatnya, ngandung bayi yang bikin sakit badan terus ngebunuh biar gak dikucilkan.
Apakah Allah Maha Pengampun hanya slogan supaya manusia mau masuk agama ini? Tidak kan. Lantas mengapa membiarkan bahkan menolak, menganggap mereka yang belum berhijab pasti tidak berusaha memberi hidayah?
Hidayah kan dicari, dikejar, diusahakan. Maka bantulah saudarimu mendapatkannya, jangan malah hanya berpikir ‘ah, anak ini bacaannya aja masih novel receh, tontonannya drakor, sulit kayaknya kalo ngajak dia kajian.’ Belum tentu.
Aku punya banyak temen wanita yang masih belum istiqomah berhijab, pacaran, dll tapi bilang ‘kamu kapan kajian lel? Kabari ya, aku pengen ikut tapi malu. Aku kan ya kayak gini bajunya, terus masih suka ngeliatin rambut. Ya gimana dong, menurutku aku lebih cantik gak pake hijab.’
Foto 2. Mengajak Kebaikan Meskipun Kita Sendiri Masih Mencari Kebenaran
Dengarkan, dengarkan mereka. Rangkul, sabar, ajak lagi. Aku suka sekali dengan cara Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi bahwa menyikapi orang-orang yang sering dicap buruk bahkan sampah dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285). “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.

Betapa hidup kita tenang jika tidak terbebani pikiran tentang perilaku buruk orang. Oke, karena aku ini mahasiswa fakultas pendidikan, jadi sedikit menguak dari sisi keguruannya yak. Kalau di lingkungan kami ada yang namanya asesmen.
Dalam proses asesmen, tujuannya nanti memang menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Nah, sebelum memberi solusi, kita harus tahu dulu penyebab masalah yang menimpa seorang anak. Mengapa dia melakukan hal tersebut, bagaimana riwayat hidupnya, arah jalan lingkungan sampai bisa mempengaruhinya, lalu seberapa kuat influencenya dan informasi mendetail lain yang bisa mendukung.
Setelah mendapatkan semua informasi baru kita bisa memahami dan memposisikan diri sebagai dia. Jadi nggak sampai berlebihan berburuk sangka ‘oh anak ini loh, baca qur’an aja gak bisa, postingan Ignya sok hits di cafe-cafe mulu sama cowok-cowok lagi.’ Siapa yang tahu sebelum tidurnya dia menangisi semua dosa yang diperbuatnya, sementara kamu yang mengaku pendakwah bangga sudah memposting kata bijak tapi membatasi diri pada mereka yang sudah membuktikan diri berubah.
Hal konkret kecilnya sebagai contoh adalah kisahku sendiri. Dulu ketika aku kajian kemana-mana pakai jilbab paris diselempangkan, baju seadanya, kadang pakai make up kadang apa adanya. Mana ada yang ngajakin kenalan? Selalu aku yang mendahului kenalan di forum kajian. Sampai sekarang cuma 2 orang doang yang kuinget ramah nanya ‘mbak, namanya siapa’ lainnya flat, stay cool. Ya, pikirku ‘ih sombong banget sih, mentang-mentang udah syar’i terus ramahnya ke temen sesama syar’i doang. Yedahlah temenku masih banya, huh.’
Hey ukhti, akhi. Jangan berdakwah secara eksklusif begitu atau para pendengarmu akan kabur sebelum kata-kata terakhir sempat kamu ucapkan. Hm, kikuk juga sih manggil ukhti sama akhi. Tapi gapapa biar ada ala arab gitu, negeri para anbiya’ J
Kalau masih menganggap yang setiap hari pakai jubah pasti udah rajin mempelajari ilmu agama, ijinkan aku berpendapat kalau orang begini pikirannya sempit. Bandingin aja sama nggak semua orang seksi itu cuma bisa make over. Faktanya banyak perempuan pelopor yang cerdas dan solutif tampil dalam busana seksi setiap harinya. 
Foto 3. Setiap Muslimah Berhak Memperbaiki Diri
Oh iya, kamu juga kudu tahu kasus yang na’udzubillah di daerahku, Kediri beberapa waktu lalu. Jadi, ada seorang ibu berniqab dan berpakaian syar’i begitu ditemukan sebagai mayat terlantar. Ternyata dia sudah lama dikenal syar’i dan tertutup oleh tetangga.
Yang membuat terkejut adalah, ibu itu tadi sudah punya suami dan anaknya dipondokkan di Jawa Tengah, di sebuah pondok sunnah berkualitas baik. Kamu tahu siapa yang membunuhnya? Berdasarkan hasil visum dan kesaksian pelaku oleh polisi, ibu ini dibunuh selingkuhannya setelah mereka cekcok di jalan saat akan berhubungan intim ‘terlarang’ di sebuah hotel.
Wallahua’lam Bisshawab.
Tulisan ini tidak ditulis untuk menyudutkan orang atau golongan tertentu. Marilah kita buka pikiran kita. Setiap orang berhak menjadi baik, dan kalaupun ada yang masih bangga dengan kenakalannya sadarkan tanpa menyinggung atau pun menyalahkan mereka.
Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.[5]

(Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu).
Bagaimana mau menjadi perantara hidayah kalau mendekat saja tidak mau, malah terang-terangan menunjukkan penolakannya. Iya loh, setelah aku berpakaian syar’i drastis mereka yang di kajian itu pada ngajak kenalan dan berubah ramah banget, senyumnya uh sampai memperlihatkan gigi.
Maaf ya sedikit lebay, memang sebelumnya waktu ikut kajian dengan baju apa adanya, tidak ada yang menegur ‘eh sayang, gimana kalo ganti style’ atau gimana kek. Malah setiap sini ngajak berjabat tangan atau nyapa Cuma dilihat doang atau senyum seadanya. Tapi kalau sama sesama teman mereka yang dari luarnya sudah bagus sampai cipika cipiki. Ya, siapalah sini atuh, justru makin tambah merasa tidak diterima dan tidak diinginkan to. Untungnya aku bukan orang yang kaya gitu.
Masa bodo ajalah, mereka perlu dikasihani karena harus membebani pikiran dan prasangka sendiri ke arah negatif. Padahal kenyataan belum bercerita mengapa dan bagaimana. Jangan buru-buru menganggapku orang baik, karena aku tidak ingin menjadi orang lain dalam berhijrah. Jangan hanya karena aku sudah memakai gamis, handsock dan kaos kaki lalu kamu menerimaku sebagai teman. Kemanakah Allah dan siapa yang sebenarnya kamu seru? Aku takut kamu kecewa menjadi temanku, menjauh lagi setelah tahu ternyata aku masih punya banyak hobi buruk yang kadang tak mendidik.

Referensi:



Read More

Tuesday, February 6, 2018

Ketua BEM UI 2018 Diberi Kartu Merah Oleh Sebagian Rakyatnya Setelah Aksi Nekadnya Mengartu Kuning Presiden Jokowi Dianggap Memalukan UI.



Dari kemarin malam jagad maya Indonesia dihebohkan oleh aksi nekad seorang pemuda yang hatinya terusik oleh kesemrawutan negeri. Zaadit Taqwa yang baru saja naik menjadi Ketua BEM UI 2018 dianggap memalukan almamaternya oleh sebagian rakyatnya sendiri. Saking badainya berita dan #KartuKuningJokowi di seluruh media sosial yang ada, followers instagram @Zaadit naik signifikan setiap detik. Hari pertama sampai 3 hari pasca kejadian followersnya hampir menyentuh angka 30k. Hal ini menunjukkan betapa besar respect rakyat Indonesia terhadap aksi Zaadit.

Berbagai akun-akun kontra pemerintah yang merasa sedang berjuang menegakkan keadilan ramai-ramai membela Zaadit Taqwa. Salah satu yang vokal menyuarakan Zaadit sebagai pahlawan adalah akun @Indonesiabertauhid. Di sisi lain, tidak sedikit warga UI yang merasa Zaadit telah mencoreng muka almamater. Di depan para pejabat tinggi negara, alumni UI, dan rakyatnya sendiri Zaadit bangkit dari duduknya, meniup peluit kemudian mengacungkan buku lagu UI bersampul kuning sehingga dari kejauhan tampak seperti sedang memberi kartu kuning pada Presiden.

Warga UI yang tidak suka dengan aksi Zaadit sibuk mengklarifikasi bahwa aksinya atas nama pribadi, bukan institusi UI. Dari pihak istana negara, Johan Budi mengonfirmasi pembatalan jadwal meeting bersama BEM UI yang seharusnya dilaksanakan setelah pidato Presiden di Balairung UI. Namun pihak BEM UI menyangkal ada jadwal seperti yang dikatakan istana akan membahas beberapa isu strategis.

Sikap bijak diperlihatkan oleh Presiden kita Bapak Ir. H. Joko Widodo dalam menanggapi penyambutan pembesar BEM berpengaruh di seantero negeri ini. Presiden malah bermaksud menyiapkan akomodasi supaya perwakilan BEM UI ada yang memantau langsung kondisi di Asmat, Papua. Mengapa obat-obatan dan bantuan tidak segera sampai dan campak terus mewabah. Menurutnya, pemerintah selama ini terus mengupayakan perbaikan insfrastruktur supaya medan di sana bisa diajak kompromi untuk menyalurkan bantuan kepada penduduk lokal.

Tuntutan lain yang membuat Ketua BEM UI mengambil jalan yang terkesan ekstrim tersebut adalah  isu akan dibatasinya pergerakan mahasiswa di kampus lewat peraturan baru serta wacana dwifungsi POLRI/TNI berlaku kembali. Sebenarnya wajar jika seorang Zaadit mengambil sikap berani tersebut. Sebagai seorang pemimpin dari organisasi yang disegani dan dijadikan teladan ratusan kampus lain, mengecewakan bila dia hanya diam pada saat Bapak Presiden berada di depan matanya. Itu adalah menit-menit emas Zaadit mendapat jawaban atas kegelisahannya selama ini.


Sejak aksi represif pemerintah terhadap personil BEM IPB beberapa waktu lalu, pemerintah dianggap anti kritik dan mahasiswa jadi tampak seperti musuh. Meskipun secara eksplisit para pejabat selalu mengatakan senang ditegur, namun kenyataan penyambutan kritikan yang disampaikan secara damai dan prosedural selalu mengecewakan. Bisa jadi itu pula yang membuat Zaadit merasa harus mengambil tindakan yang mengundang perhatian supaya suaranya didengar dan ditanggapi langsung oleh Presiden.

Bagi seorang aktivis, dapat duduk semeja dengan pejabat merupakan kesempatan emas untuk menyalurkan aspirasi teman-teman dan warga yang tak berani bicara. Aktivis adalah penyambung lidah rakyat. Jika pertanyaannya rakyat yang mana, maka kita tidak boleh memukul rata semua orang puas dengan kepemimpinan satu orang. Tidak sedikit rakyat Indonesia yang mengeluh atas kepemimpinan Presiden sejak sebelum Pak Jokowi. Hal ini wajar, biasa. Lalu aktivis-aktivis ini bertugas memperjuangkan apa yang mungkin masih dianggap belum menjadi fokus pekerjaan pemerintah. Ada kaum yang diperjuangkan.

Tidak semua netizen setuju dengan pendapat di atas. Pasti akan ada yang nyinyir 'Tidak begitu caranya mengekspresikan pendapat,' 'Kemana intelektualnya sebagai mahasiswa? Saya juga tidak suka dengan beberapa kebijakan Presiden, tapi saya tahu sopan santun.' Begitulah beberapa nyinyiran di sosial media yang terus bertebaran tiada henti. Pujian juga celaan terus datang menyerang Zaadit.
Jadi aktivis itu berat, dinyinyirin dunia maya juga dunia nyata. Harus siap dibenci dan dicap sembarangan. Antek-antek partai politik lah, aksi pesananlah, niatnya promosi organisasi ekstranya sampai numpang tenar cari tambahan followers biar dikira kekinian.

Netizen, don't judge someone stranger. Apakah dari aksi Zaadit yang sekali itu lantas pantas bagi kita yang belum memberikan solusi pada negeri ini  memaki-maki. Apalagi cacian dengan kata-kata kasar. Apakah kalian sudah tahu betul isi hati dan isi pikirannya sesaat sebelum beranjak dari kursi? Sudah memastikan dia hanya ingin ketenaran?

Jika kita kontra dengan sikapnya tidak perlu menanggapi berlebihan. Apalagi sampai menjadi penyebar kebencian. Wajar saja mahasiswa UI lain marah dengan sikap Zaadit, wajar pula mahasiswa UI sebagian lain mendukung aksi Ketua BEM-nya, wajar Bapak Jokowi bersikap tenang, wajar Paspampres mengamankan Zaadit, wajar followersnya bertambah gila-gilaan, wajar banyak yang menganggap UI The Real Kampus Perjuangan sementara lainnya menganggap UI sudah tak lagi ilmiah.

Semuanya wajar saja kok. Bapak Rumah Kepemimpinan yang membesarkan Zaadit ikut angkat bicara. "Itu menyampaikan aspirasi dengan sensasi dengan maksud menarik perhatian. Menurut saya biasa saja. Tak ada yg istimewa untuk dikomentari." Ujar Mahfud Md.

Harusnya jika merasa ilmiah mari kita membahas konten aspirasi yang dibawa Zaadit, bukan sibuk mengartu merah aksi nekad Zaaditnya saja. Kira-kira bagaimana cara mengatasi campak di Asmat, mengapa suara mahasiswa akhir-akhir ini kentara sekali sengaja dibungkam dan bagaimana caranya supaya mahasiswa kritis tetap bersuara tanpa anarkis, juga perjuangan independensi militer kita dari pengaruh politik praktis yang di masa lalu diperjuangkan mati-matian tapi sekarang hendak dibangkitkan.

Pada akhirnya orang-orang yang belum merasakan sensasi perjuangannya menjadi aktivis akan mudah mengolok-olok aksi nekad Zaadit. Beberapa mahasiswa UI merindukan pemimpin lamanya yang turun dengan hormat mengantongi 90% kepuasan rakyat atas kinerjanya selama menjabat. Namun sebagai sesama aktivis mereka sering berkomunikasi dengan caranya sendiri.
Mujab tahu benar cara bijak menjawab serbuan netizen yang sedari kemarin mendesaknya angkat bicara tentang penerusnya tersebut. Dalam tulisannya, Mujab mengatakan kartu kuning pantas didapatkan oleh pemerintah sekaligus BEM UI jika tidak bekerja untuk rakyat Indonesia dan kartu kuning untuk dirinya sendiri. Sebuah tulisan independen yang diposting Mujab di akun media sosialnya akan membuka mata netizen supaya tidak menilai setiap aksi hanya dari satu jenis kacamata saja.

Tidak akan berkurang kontribusi UI kepada negeri hanya karena keberanian ketua BEM-nya ingin suaranya didengar. UI tetap memberikan sumbangsih berarti bagi Indonesia. Semoga aksi Zaadit membawa dampak baik bagi pergerakan mahasiswa, bukan bersanding ramai dengan kasus pelakor yang baru dilabrak anak di bawah umur. Ya, kartu kuning memang pantas kita terima jika diam saja melihat Indonesia yang tidak baik-baik saja.
Read More

Saturday, February 3, 2018

3 Pertimbangan Penting Saat Pikiran Suicide Muncul

Gambar 1. Depresi

Maaf ya lama sekali nggak pos. Padahal udah lama komitmen ngeblog. Entah kenapa setiap ketemu temen yang bisa diajak ngobrol, nyambung diajak berkicau soal politik-penyakit-ekonomi-bisnis sampai gosip perceraian dan pelabrakan dunia selebriti rasanya males banget nulis. Ya, mungkin karena aku sudah menemukan pelampiasan dari rasa dongkol maupu  kebingunganku. Oke, tapi aku gaboleh kaya gini terus. Namanya belajar ngeblog ya harusnya aku menghabiskan waktuku di depan laptop. Nulis apapun asalkan membuat blogku tetap hidup. Duh, maafin ya blog-ku, kamu jadi sakit-sakitan gini gak keurus kaya yang punya.
Sebenarnya hari ini aku mau nulis tentang isu anget banget yang baru kemarin memanas. Seputar pemuda pemberani yang ‘nekad’ mengacungkan buku lagu UI berwarna kuning setelah meniup peluit di depan Bapak Presiden kita yang terhormat, Ir. H. Joko Widodo. Wiuh, gila banget gak sih tuh aksinya. Tanpa komando dan aba-aba, Pasukan Pengaman Presiden yang tubuhnya pada bongsor itu langsung nangkepin dia.
Eits, tapi kayanya aku mau nulis opini soal abang Zaadit yang aksinya gak selucu Bang Radit pas kena kamera di sini deh. Aku mau coba menulis buat pertama kalinya di idntimes.com. You should know di sana kalo nulis dapet upah eheheh. Bukan karena sini berkarya cuma pas butuh duit aja lo ya. Ini lebih karena desakan penasaran. Apakah tulisanku yang potensial dibaca lebih banyak orang akan diberi tanggapan kontroversial atau hanya satu warna suara saja.
Sebagai gantinya, sekarang aku mau cerita tentang betapa pentingnya hidup sehat Whizzer. Beberapa hari yang lalu aku pergi ke konselor dan menceritakan tentang semua perasaan yang aku alami belakangan ini. Konselor cantik yang mata dan senyum ramahnya tak bisa ku lupakan itu bertanya ‘kamu mending mana. Sehat fisik atau jiwa.’ Tanpa pikir panjang aku sih milihnya jiwa ya. Karena aku sendiri ngrasain akibat pikiran yang tidak sehat, jiwa dan fisikku melemah terus menerus sampai akhirnya aku harus datang ke tenaga profesional. Sekarang aku punya alasan kuat kenapa aku harus semangat menjalani hidup ini.

  • Merugikan Orang Lain

Aku tau banget orang kalo udah putus asa, bingung, sedih pikiran atau niatan suicide pasti sering terlintas. Para guru dan ustadz bilang bertumpuk kata mutiara dari sumber A, B, C juga gak ngefek banyak. Mainstream. Ya aku tau karena sudah sering banget ngalamin.
Itu adalah titik di mana aku lebih suka menghabiskan waktu menonton video band-band metal progressive dan soft rock dengan jalan cerita di video clip yang menyakitkan seperti cerita hidupku daripada mendengarkan ceramah atau nasehat dari orang-orang yang dianggap ‘baik dan suci.’
Maksudku bukan aku menganggap mereka tidak memiliki peran penting dalam kehidupan orang-orang yang stress berat. Kami ini ada di titik membutuhkan rangkulan dan dukungan. Kalau tidak sanggup memberi maka jangan mengadili atau melabeli kami. Sungguh, itu bukan tindakan bijak sekalipun kalian menganggapnya perbuatan mulia untuk menolong kami.
Gambar 2. Pelarian Depresi pada Obat-obatan
Alasanku harus tetap semangat hidup sehat adalah jika aku terus-terusan terpuruk dalam perasaan bersalah atau negative feeling lainnya maka aku ini jahat banget sebenernya. Aku merugikan orang lain. Siapa yang bisa menjamin besok temanku mengalami masalah hidup yang sangat berat, lalu dia pas barusan melihat aku serta sikapku pada kehidupan. Dia terinspirasi. ‘Ih kok kayaknya enak ya ijin kuliah melulu alasan sakit,’ ‘Kok kayaknya lebih baik aku nyerah aja sama hidup ya.’
Ketika aku depresi untuk pertama kalinya, yaitu sewaktu aku masih duduk di bangku SMA aku mengganti status Blackberry Messenger –maklum, dulu belum ada IG sama WA- menjadi “depressed.” Aku justru makin bersalah ketika ada 2 orang temanku kemudian mengikutiku jejakku. Mereka sama-sama sedang depresi. Meskipun depresinya mereka sama sekali tidak dipicu olehku, tapi membuat mereka menikmati rasa downnya adalah suatu kesalahan bagiku. Jadi ku putuskan mulai sekarang aku tidak boleh merugikan orang lain lagi. 
  •  Mengorbankan Orangtua

Aku memang bukan anak yang baik. Cara bicaraku pada orangtua tidak sopan, aku tidak tanggap atas semua perintah mereka. Bahkan ku akui aku sering tidak menyukai mereka. Namun suicide bukanlah tindakan terbaik sebagai solusi masalah. Prinsip dan alasan utama bertahanku adalah tidak merugikan orang lain. Sementara setelah menyerah pada keadaan, aku akan membuat kedua orangtua ku malu setengah mati.
Di dunia para tetangga pasti diam-diam mengolok-olok ibu ‘Eh tau nggak sih bu, Bu X ini lo anaknya bunuh diri. Katanya sih gara-gara kebutuhan sekolahnya nggak pernah dikasih sama orangtuanya. Yaampun orangtua macam apa sih dia itu. Udah anaknya mati bunuh diri yang satunya kuliah nggak lulus-lulus. Makanya bu kalau belum bisa didik anak gak usah bikin anak.’
Ya, aku udah mikir sampe kaya gitu. Betapa ingin ku sobek saja mulut mereka yang omongannya ngaco begitu. Ini sih bukan halusinasi atau ketakutanku aja ya. Kalo kalian udah pernah hidup deket masyarakat pasti tau dong daerah yang ibu-ibunya terdidik membicarakan ide ketika ngumpul dengan daerah yang para wanitanya menggosipin tetangga bahkan kerabat dekatnya sendiri secara sadis lebih banyak mana populasinya. Aku kasihan sama orangtuaku kalo dijadiin korban.
Ada sebuah hadits dan Firman Allah SWT yang melarang kebiasaan bergunjing alias gossip. Kebiasaan ini diibaratkan memakan bangkai saudaranya sendiri. Jijik sih, tapi nyatanya gossip renyah sampai dijadiin bisnis. Gak suka ah. Apalagi kalo orangtua ku yang diomongin gak bisa didik anak. Padahal suicide emang udah jadi pilihanku, sekeras apapun orangtuaku memberi arahan. Mereka sok tau. Kejemmm banget sok taunya. 

  •  Lebih Banyak Orang Kecewa

Alasanku ingin meninggalkan bumi adalah merasa sudah mengecewakan banyak orang, tidak berguna, ngrepotin, dan semua hal-hal buruk. Sekarang entah apakah ini akibat dari beranjak dewasa atau Tuhan yang mengirimkan ilhamNya.
Aku pikir ketika aku tiada akibat bunuh diri, maka akan semakin banyak orang yang kecewa padaku. Para dosen yang senang berdiskusi denganku, teman yang suka hang-out meski cuma  beli cilok di seberang gedung perkuliahan, kakak tingkat yang berharap aku bisa dikader, kakak organisasi yang berharap organisasi itu bisa berkembang berkat hadirnya generasi baru, penjual nasi langgananku yang omsetnya akan menurun, sampai para haters yang akan merasa bersalah dan kesepian karena bingung mau ngebully atau nyetalk abis siapa lagi.
Gambar 3. Pikiran Mengakhiri Hidup Sendiri pada Orang Depresi
Pada akhirnya aku akan mengecewakan lebih banyak orang jika menyerah begitu saja. Jadi aku harus bertahan. Aku harus bertahan meskipun sakit. Meskipun keras dan tak mudah. Aku tidak perlu bercerita detail masalahnya ku rasa. Ini blog, bukan diary. Oke. Yang terpenting orang-orang yang sedang terpikirkan untuk suicide bisa mempertimbangkan tiga hal ini.

Aku tau, memikirkan hukum agama di saat kondisimu sangat buruk malah akan membuatmu tertekan. Maka bebaskan. Bebaskan sebebas-bebasnya. Kamu hidup di dunia tidak boleh egois. Kamu boleh suicide, tapi pastikan juga tidak ada orang lain yang akan bersedih berhari-hari sampai nafsu makannya turun lalu jatuh sakit akibat bersedih atau merasa bersalah.

Silahkan suicide asal kamu sendiri juga bisa menjamin tidak ada efek negatif lain yang kamu sebarkan ke orang lain dan kamu sendiri juga yang akan memastikan tidak akan ada orang yang dirugikan akibat terinspirasi kisahmu kemudian dia mengikuti langkahmu menjemput kematian yang sebenarnya belum tentu membahagiakan.
Read More